Sepeda yang diparkir di salah satu sudut Den Haag, 2009.
Sepeda yang diparkir di salah satu sudut Den Haag, 2009.

Kali ini aku ingin berbicara mengenai sepeda. Aku rasa banyak orang tahu bahwa Belanda, dan umumnya negara negara Eropa tidak dijumpai banyak sepeda motor seperti di Asia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Hingga kini, orang masih memakai sepeda sebagai moda transportasi utama di Belanda.Orang menggunakan sepeda ke kantor, ke sekolah, berbelanja. Sepeda ditenteng masuk ke kantor dan kereta api. Seorang ibu akan memboncengkan anaknya di sepeda dengan bak yang besar, atau memboncengkannya di belakang dan mengayuh sepedanya berkilometer menuju supermarket atau mengantar ke sekolah. Aku? Rasanya bersepeda terakhir yang benar-benar aku lakukan telah aku tinggalkan hampir 20 tahun lalu, tahun 1990 ketika masa SMP telah aku akhiri. Memasuki SMA, menjadi tidak pantas dan kurang gaya jika masih saja naik sepeda. Karena belum mempunyai sepedamotor sendiri, bulan bulan pertama sebagai anak SMA aku naik angkutan kota, dan kemudian mempunyai sepedamotorku sendiri. Dan sejak saat itu, hingga kini, sepedamotor adalah alat transportasi yang utama.

Di Belanda? tidak berarti tak ada sepedamotor sama sekali. Demikian juga mobil juga banyak dijumpai. Yang hendak aku katakan di sini adalah bahwa jumlah sepedamotor dan mobil amat kecil dibandingkan dengan sepeda angin. Ada beberapa orang di sini yang memakai scooter merk Vespa atau Piaggio, namun itu juga bisa dihitung dengan jari. Mengapa orang Belanda masih memakai sepeda. Bisa jadi karena alam di sini amat mendukung penggunaan sepeda. Sejauh apapun kita berjalan, kita tidak akan merasa gerah.

Sepeda ada dimana mana, terparkir di pagar, dekat setaisun, di tiang tiang listrik, dan banyak tempat lainnya. Kalau aku amati, tidak semua sepeda itu masih ada pemiliknya. Banyak diantaranya masih diikat dengan rantai atau dikunci dengan rapat, sementara bannya telah kempis. Artinya, sepeda itu telah ada lama di situ tanpa pernah tersentuh lagi. Kondisinya juga banyak yang telah berkarat. Artinya, masalah sepeda sebenarnya masalah sampah juga bagi pemerintah kota.

Berbeda dengan di Indonesia, selain tingkat polusi yang amat tinggi di sana, suhu udara tanah air amat panas. Bersepeda dalam rangka berangkat atau pulang bekerja menjadi aktifitas yang amat menguras tenaga. Maka gerakan bike to work yang banyak dilakukan dan dikampanyekan di berbagai kota di tanah air memang harus benar benar didukung. Ingin sebenarnya berangkat dan pulang kerja naik sepeda. Namun apa daya, harga sepeda di tanah air terasa mahal, terlebih jika dikalkulasi dengan gaji yang tak seberapa. Maka keinginan membeli sepeda menjadi keinginan yang selalu tertunda dan tertunda lagi.

Kesimpulannya? orang Belanda bisa jadi lebih sehat dari orang Indonesia kebanyakan. Selain karena biasa terlatih fisiknya dengan excercise yakni bersepeda, kebiasaan lainnya yang amat baik adalah berjalan kaki. Kalau tidak benar-benar jauh, orang Belanda pada umumnya lebih memilih untuk berjalan kaki daripada naik angkutan umum seperti tram dan bus.

Bike to work? mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi aku ingin melakukannya..

Den Haag, 6 Mei 2009 , menjelang pukul 12 tengah malam

mkwardaya Avatar

Published by

Categories:

2 responses to “Kisah Pendek Tentang Sepeda”

  1. keidjati Avatar

    Kalo gitu jangan beli sepeda yang mahal-mahal…yang murah kan banyak…. he he padunya males naik sepeda kan? 😀

  2. manunggalwardaya Avatar

    keidjati said: Kalo gitu jangan beli sepeda yang mahal-mahal…yang murah kan banyak…. he he padunya males naik sepeda kan? 😀

    Tidak males naik sepeda, tapi naik sepeda di Indonesia kalau jelek jadi males juga…Nantilah cari di bekasan. Eh tapi sepeda yang bagus dengan harga satu jutaan juga banyak ya. Satu juta itu murah enggak sih?